Jumat, 17 Agustus 2012

Kerakeling


Lilis tersenyum kecil. Ia kini telah selesai menggubah lagu berjudul ‘Kerakeling’. Catatan lirik lagu tersebut ada di hadapannya. Pada awalnya, ia takut membuat lagu itu. Alasan ketakutannya mungkin hanya diketahui oleh ia dan Tuhan. Lagu yang ia buat telah ia sebarkan di blog miliknya.

“Abdi geus wanten maot,” ucapnya lirih dalam aksen Sunda yang kental.

Tok tok tok.

Pintu depan rumah Lilis diketuk.


“Permisi,” kata seseorang di balik pintu.

“Permisi.” Orang itu kembli mengetuk pintu.

“Abdi geus wanten maot,” bisik Lilis lagi.

Dengan langkah berani ia berjalan menuju pintu depan. Agak ragu-ragu, ia memegang kenop pintu. Ketakutan berkecamuk dalam kepalanya.

“Bismillahirrahmanirrahim,” ucap Lilis pelan.

Lilis membuka pintu tersebut. Dua orang kekar dengan kaus putih berdiri di depannya. Seolah sudah tahu apa yang akan terjadi, Lilis menutup matanya.

Buakk!

Salah seorang kekar tadi memukul Lilis dengan tangan kosong. Lilis terjatuh tak berdaya. Dengan cepat, orang yang memukul Lilis tadi mengambil sepucuk pistol dari kantong celananya dan…

Dor!

*

5 orang meninggal dunia. 2 orang diantaranya masih dalam status pelajar. Seluruh handphone, laptop dan komputer milik korban dihancurkan. Selain itu, hard disk, flash disk, memory card, disket, dan CD hilang.

Nadhif menyelidiki kasus ini. Sudah sering ia menangkap kriminal tanah air. Pekerjaannya adalah seorang polisi. Tetapi, diam-diam ia suka menyelidiki kasus sendirian. Ia juga sudah mendapat banyak peringatan dan pujian. Sebagian besar kasus yang ia tangani tuntas.

“Ada hubungan antara kelima korban?” tanya Nadhif kepada salah seorang petugas polisi.

“Hubungan? Menurut informasi yang saya dapat, lima orang korban pernah bertemu dalam suatu diskusi yang membahas budaya Jerman. Selain itu, dua orang korban yang masih pelajar ternyata bersekolah di SMP yang sama.”

“Dass Ehrenharft,” desis Nadhif pelan.

“Ada apa Pak Nadhif?”

“Tidak. Lupakan saja. Terimakasih atas informasi darimu.”

Nadhif berjalan menuju korban kelima yang tertutup kain. Ia menyibakkan kain tersebut. Terlihatlah sesosok mayat dengan kondisi cukup mengenaskan. Bola mata kanannya tidak ada, selain itu terdapat lebam di sekujur tubuh korban.

Nadhif segera mengambil handphone dari saku celananya. Dengan cepat ia mengetikkan sebuah nomor di ponselnya dan melakukan panggilan ke nomor tersebut. Tidak lama kemudian, panggilan tersebut diangkat.

“Ya, ada apa N?”

“Dass Ehrenharft…” Nadhif berbisik pelan.

“Mata kanan korban kelima juga hilang?”

“Ya. J, Biarkan aku menyelidiki kasus ini.”

“Jangan teledor, N! Kau akan mati!”

Nadhif menutup teleponnya. Ia tidak peduli peringatan lawan teleponnya. Tiba-tiba mata Nadhif menangkap sebuah kertas di ujung lipatan celana korban. Nadhif mengambil kertas tersebut dan membacanya.

“Kerakeling?”

          Otak Nadhif berputar cepat. Ia terkesiap. Kerakeling. Kata pendek tersebut menyadarkannya. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia ingin Secepatnya menghubungi J. Dengan cepat Nadhif pergi dari tempat kejadian. Kertas misterius itu masih ia genggam. Dalam kertas itu terdapat lirik lagu lengkap dengan nadanya.

*

            “J, aku mendapatkannya!” seru Nadhif saat ia bertemu dengan seorang sosok tinggi.

         Mereka berdua berada di sebuah gudang. Hanya berdua. Sepertinya, orang yang ada di hadapan Nadhif adalah lawan bicaranya di telepon tadi.

“Menemukan apa?” tanya orang itu.

            “Kerakeling.”

         “Kerakeling?” orang yang dipanggil J mengulang dengan nada suara terkejut. Ia kembali mengingat kenangan masa lalunya. Semua yang berhubungan tentang Kerakeling dan Dass Ehrenharft.

          Dass Ehrenharft adalah nama sebuah organisasi kriminal besar yang berpusat di Jerman. Ciri khas Dass Ehrenharft adalah perkerjaan mereka yang terkesan kasar dan rapi. Setiap korban yang dibunuh Dass Ehrenharft selalu kehilangan mata kanannya. Lima korban yang dibunuh mungkin pernah berhubungan dengan Dass Ehrenharft, dan lima korban itu dapat dihubungkan dengan Kerakeling.

            Kerakeling sendiri adalah bahasa asli Indonesia yang mungkin agak terlupakan. Arti dari Kerakeling sendiri adalah gelang bergerigi yang digunakan untuk memukul. Pada tahun 2004 lalu, Dass Ehrenharft pernah mencoba mengambil alih pemerintahan Indonesia. Operasi Dass Ehrenharft itu diketahui setelah adanya kebocoran informasi terkait penyuapan.

            Badan Intelijen Negara berusaha menyelesaikan kasus ini. Tetapi, dengan cepat para anggota Dass Ehrenharft kabur ke luar negeri. Untungnya, lima orang anggotanya ada yang tertinggal. Saat Kopassus berusaha meringkus lima anggota Dass Ehrenharft, jebakan dan perlawanan dilakukan dengan sangat hebat. Mungkin hal ini sudah diperhitungkan oleh Dass Ehrenharft. Maka, 6 anggota Kopassus pun tewas akibat pukulan di badannya hingga meninggal. Diketahui bahwa 6 korban dibunuh menggunakan Kerakeling. Walaupun begitu, lima anggota Dass Ehrenharft berhasil ditangkap.

            “Kira-kira, apakah kau tahu kaitan lima korban yang baru ini dengan Kerakeling?” tanya Nadhif.

          “Aku telah menyelidiki suatu hal dan aku mendapatkan kunci kasus ini. Korban pertama, Lilis, menulis lirik dan nada lagu ‘Kerakeling’ dan disebarkannya melalui blog miliknya. Sesaat kemudian, Lilis terbunuh oleh dua anggota Dass Ehrenharft. Dua anggota itu memeriksa blog Lilis. Mereka pun mendapati bahwa ada lima orang yang telah membaca lagu tersebut. Demi menjaga kerahasiaan kelompok, mereka pun memblokir blog Lilis, membunuh seluruh orang yang telah membacanya, dan menghapus semua yang sekiranya bisa membocorkan informasi mengenai Dass Ehrenharft.”

            “Apa isi lagu ‘Kerakeling’ itu?” tanya Nadhif lagi.

            “Lagu tersebut berisi rahasia dan berbagai macam informasi mengenai Dass Ehrenharft. Tapi, kenapa harus dalam bentuk lagu? Kau tahu kenapa, Nadhif?”

            Nadhif tidak menjawab. Ia dengan cepat mengambil pistolnya dan mengarahkannya ke jantung J.

         “Jangan pura-pura Jack! Lilis sengaja menuangkannya dalam bentuk lagu agar ia dapat memberi pesan rahasia melalui nada lagu tersebut, dan kau tahu itu, Jack!” Nadhif berteriak cukup keras.

            “Kau baru menyadarinya? Dasar bodoh! Jadi, dari mana kau mengetahuinya?”

        “Dalam menit 2 detik 43 di lagu tersebut, terdengar suara letusan dan penyanyi melantunkan lirik, ‘temukan itu… disanalah…’. Itu menunjukkan bahwa pada bagian itulah rahasia utama dibeberkan. 243 dan bunyi letusan. Tahukan kau apa itu? Winchester 243! Senjata kesayanganmu! Dan, yang lebih menguatkan adalah nada saat menit tersebut. Nada yang dimainkan adalah Re, Fa, dan Do. Notasi itu dalam bahasa Arab dikenal sebagai, Ro, Fa, Dal. Ya, kaulah, Jack Rofadal! Lilis memberitahu lewat lagunya bahwa Jack Rofadal adalah penyusup dari Dass Ehrenharft,” terang Nadhif panjang lebar.

           “Lagi-lagi kau benar. Lilis adalah mata-mata dari Badan Intelijen Negara yang menyadari bahwa aku adalah anggota Dass Ehrenharft. Aku pun mengerahkan kekuatan untuk membungkamnya. Tidak disangka, dia dengan bodoh menyebarkannya. Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang, Nadhif?” Jack menantang.

         “Aku sudah menghubungi polisi. Kau akan diringkus,” kata Nadhif, disusul suara derap kaki di luar gudang. “Kau dengar, suara itu? Kau kalah.”

           “Tidak. Aku tidak sia-sia di sini. Aku tidak boleh mati sia-sia,” kata Jack.

Plakk!

Dengan gerakan yang sangat cepat, Jack menendang pistol Nadhif dari tangannya.  Nadhif terkejut. Ia tidak menyangka akan diserang tiba-tiba. Dengan cepat Jack meletakkan ujung pistolnya di pelipis Nadhif. Pintu gudang dibuka paksa. Belasan polisi masuk ke dalam gudang itu. Jack tidak terkejut, ia sudah menyangka ini akan terjadi. Dengan pistol tetap menempel di pelipis Nadhif, Jack memejamkan matanya. Ia pasrah. Ia siap ditangkap.

            Dor!

       Para polisi yang mengepung menangkap Jack dengan cepat. Jack mengangkat kedua tangannya. Dengan cepat ia dibawa ke markas pusat.

Jack adalah mata-mata. Ia rela mati demi organisasinya. Ia merasa puas dalam hatinya. Ia merasa telah memberikan sesuatu yang berharga kepada Dass Ehrenharft. Ia berikrar dalam hatinya untuk tidak mengatakan apa pun saat interogasi. Kalaupun ia mati dalam interogasi pun tak apa. Toh ia telah membereskan semua yang tahu rahasianya.

Senyum Jack pun makin mengembang, saat ia melihat darah segar mengucur dari pelipis Nadhif.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar