Lilis tersenyum kecil.
Ia kini telah selesai menggubah lagu berjudul ‘Kerakeling’. Catatan lirik lagu
tersebut ada di hadapannya. Pada awalnya, ia takut membuat lagu itu. Alasan
ketakutannya mungkin hanya diketahui oleh ia dan Tuhan. Lagu yang ia buat telah
ia sebarkan di blog miliknya.
“Abdi
geus wanten maot,” ucapnya lirih dalam aksen Sunda yang kental.
Tok
tok tok.
Pintu
depan rumah Lilis diketuk.
“Permisi,”
kata seseorang di balik pintu.
“Permisi.”
Orang itu kembli mengetuk pintu.
“Abdi
geus wanten maot,” bisik Lilis lagi.
Dengan
langkah berani ia berjalan menuju pintu depan. Agak ragu-ragu, ia memegang
kenop pintu. Ketakutan berkecamuk dalam kepalanya.
“Bismillahirrahmanirrahim,”
ucap Lilis pelan.
Lilis
membuka pintu tersebut. Dua orang kekar dengan kaus putih berdiri di depannya.
Seolah sudah tahu apa yang akan terjadi, Lilis menutup matanya.
Buakk!
Salah
seorang kekar tadi memukul Lilis dengan tangan kosong. Lilis terjatuh tak
berdaya. Dengan cepat, orang yang memukul Lilis tadi mengambil sepucuk pistol
dari kantong celananya dan…
Dor!
*
5
orang meninggal dunia. 2 orang diantaranya masih dalam status pelajar. Seluruh
handphone, laptop dan komputer milik korban dihancurkan. Selain itu, hard disk,
flash disk, memory card, disket, dan CD hilang.
Nadhif
menyelidiki kasus ini. Sudah sering ia menangkap kriminal tanah air.
Pekerjaannya adalah seorang polisi. Tetapi, diam-diam ia suka menyelidiki kasus
sendirian. Ia juga sudah mendapat banyak peringatan dan pujian. Sebagian besar
kasus yang ia tangani tuntas.
“Ada
hubungan antara kelima korban?” tanya Nadhif kepada salah seorang petugas
polisi.
“Hubungan?
Menurut informasi yang saya dapat, lima orang korban pernah bertemu dalam suatu diskusi yang membahas budaya Jerman. Selain itu, dua orang korban yang masih
pelajar ternyata bersekolah di SMP yang sama.”
“Dass
Ehrenharft,” desis Nadhif pelan.
“Ada
apa Pak Nadhif?”
“Tidak.
Lupakan saja. Terimakasih atas informasi darimu.”
Nadhif
berjalan menuju korban kelima yang tertutup kain. Ia menyibakkan kain tersebut.
Terlihatlah sesosok mayat dengan kondisi cukup mengenaskan. Bola mata kanannya
tidak ada, selain itu terdapat lebam di sekujur tubuh korban.
Nadhif
segera mengambil handphone dari saku celananya. Dengan cepat ia mengetikkan
sebuah nomor di ponselnya dan melakukan panggilan ke nomor tersebut. Tidak lama
kemudian, panggilan tersebut diangkat.
“Ya,
ada apa N?”
“Dass
Ehrenharft…” Nadhif berbisik pelan.
“Mata
kanan korban kelima juga hilang?”
“Ya.
J, Biarkan aku menyelidiki kasus ini.”
“Jangan
teledor, N! Kau akan mati!”
Nadhif
menutup teleponnya. Ia tidak peduli peringatan lawan teleponnya. Tiba-tiba mata
Nadhif menangkap sebuah kertas di ujung lipatan celana korban. Nadhif mengambil
kertas tersebut dan membacanya.
“Kerakeling?”
Otak Nadhif berputar cepat. Ia terkesiap. Kerakeling.
Kata pendek tersebut menyadarkannya. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia
ingin Secepatnya menghubungi J. Dengan cepat Nadhif pergi dari tempat kejadian.
Kertas misterius itu masih ia genggam. Dalam kertas itu terdapat lirik lagu
lengkap dengan nadanya.
*
“J, aku mendapatkannya!” seru Nadhif saat ia bertemu
dengan seorang sosok tinggi.
Mereka berdua berada di sebuah gudang. Hanya berdua.
Sepertinya, orang yang ada di hadapan Nadhif adalah lawan bicaranya di telepon
tadi.
“Menemukan
apa?” tanya orang itu.
“Kerakeling.”
“Kerakeling?” orang yang dipanggil J mengulang dengan
nada suara terkejut. Ia kembali mengingat kenangan masa lalunya. Semua yang
berhubungan tentang Kerakeling dan Dass Ehrenharft.
Dass Ehrenharft adalah nama sebuah organisasi kriminal
besar yang berpusat di Jerman. Ciri khas Dass Ehrenharft adalah perkerjaan
mereka yang terkesan kasar dan rapi. Setiap korban yang dibunuh Dass Ehrenharft
selalu kehilangan mata kanannya. Lima korban yang dibunuh mungkin pernah
berhubungan dengan Dass Ehrenharft, dan lima korban itu dapat dihubungkan
dengan Kerakeling.
Kerakeling sendiri adalah bahasa asli Indonesia yang
mungkin agak terlupakan. Arti dari Kerakeling sendiri adalah gelang bergerigi
yang digunakan untuk memukul. Pada tahun 2004 lalu, Dass Ehrenharft pernah
mencoba mengambil alih pemerintahan Indonesia. Operasi Dass Ehrenharft itu
diketahui setelah adanya kebocoran informasi terkait penyuapan.
Badan Intelijen Negara berusaha menyelesaikan kasus ini.
Tetapi, dengan cepat para anggota Dass Ehrenharft kabur ke luar negeri.
Untungnya, lima orang anggotanya ada yang tertinggal. Saat Kopassus berusaha
meringkus lima anggota Dass Ehrenharft, jebakan dan perlawanan dilakukan dengan
sangat hebat. Mungkin hal ini sudah diperhitungkan oleh Dass Ehrenharft. Maka,
6 anggota Kopassus pun tewas akibat pukulan di badannya hingga meninggal.
Diketahui bahwa 6 korban dibunuh menggunakan Kerakeling. Walaupun begitu, lima
anggota Dass Ehrenharft berhasil ditangkap.
“Kira-kira, apakah kau tahu kaitan lima korban yang baru
ini dengan Kerakeling?” tanya Nadhif.
“Aku telah menyelidiki suatu hal dan aku mendapatkan
kunci kasus ini. Korban pertama, Lilis, menulis lirik dan nada lagu
‘Kerakeling’ dan disebarkannya melalui blog miliknya. Sesaat kemudian, Lilis
terbunuh oleh dua anggota Dass Ehrenharft. Dua anggota itu memeriksa blog
Lilis. Mereka pun mendapati bahwa ada lima orang yang telah membaca lagu
tersebut. Demi menjaga kerahasiaan kelompok, mereka pun memblokir blog Lilis,
membunuh seluruh orang yang telah membacanya, dan menghapus semua yang
sekiranya bisa membocorkan informasi mengenai Dass Ehrenharft.”
“Apa isi lagu ‘Kerakeling’ itu?” tanya Nadhif lagi.
“Lagu tersebut berisi rahasia dan berbagai macam
informasi mengenai Dass Ehrenharft. Tapi, kenapa harus dalam bentuk lagu? Kau
tahu kenapa, Nadhif?”
Nadhif tidak menjawab. Ia dengan cepat mengambil
pistolnya dan mengarahkannya ke jantung J.
“Jangan pura-pura Jack! Lilis sengaja menuangkannya dalam
bentuk lagu agar ia dapat memberi pesan rahasia melalui nada lagu tersebut, dan
kau tahu itu, Jack!” Nadhif berteriak cukup keras.
“Kau baru menyadarinya? Dasar bodoh! Jadi, dari mana kau
mengetahuinya?”
“Dalam menit 2 detik 43 di lagu tersebut, terdengar suara
letusan dan penyanyi melantunkan lirik, ‘temukan
itu… disanalah…’. Itu menunjukkan bahwa pada bagian itulah rahasia utama
dibeberkan. 243 dan bunyi letusan. Tahukan kau apa itu? Winchester 243! Senjata
kesayanganmu! Dan, yang lebih menguatkan adalah nada saat menit tersebut. Nada
yang dimainkan adalah Re, Fa, dan Do. Notasi itu dalam bahasa Arab dikenal
sebagai, Ro, Fa, Dal. Ya, kaulah, Jack Rofadal! Lilis memberitahu lewat lagunya
bahwa Jack Rofadal adalah penyusup dari Dass Ehrenharft,” terang Nadhif panjang
lebar.
“Lagi-lagi kau benar. Lilis adalah mata-mata dari Badan
Intelijen Negara yang menyadari bahwa aku adalah anggota Dass Ehrenharft. Aku
pun mengerahkan kekuatan untuk membungkamnya. Tidak disangka, dia dengan bodoh
menyebarkannya. Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang, Nadhif?” Jack
menantang.
“Aku sudah menghubungi polisi. Kau akan diringkus,” kata
Nadhif, disusul suara derap kaki di luar gudang. “Kau dengar, suara itu? Kau
kalah.”
“Tidak. Aku tidak sia-sia di sini. Aku tidak boleh mati
sia-sia,” kata Jack.
Plakk!
Dengan
gerakan yang sangat cepat, Jack menendang pistol Nadhif dari tangannya. Nadhif terkejut. Ia tidak menyangka akan
diserang tiba-tiba. Dengan cepat Jack meletakkan ujung pistolnya di pelipis
Nadhif. Pintu gudang dibuka paksa. Belasan polisi masuk ke dalam gudang itu.
Jack tidak terkejut, ia sudah menyangka ini akan terjadi. Dengan pistol tetap
menempel di pelipis Nadhif, Jack memejamkan matanya. Ia pasrah. Ia siap
ditangkap.
Dor!
Para polisi yang mengepung menangkap Jack dengan cepat. Jack
mengangkat kedua tangannya. Dengan cepat ia dibawa ke markas pusat.
Jack
adalah mata-mata. Ia rela mati demi organisasinya. Ia merasa puas dalam
hatinya. Ia merasa telah memberikan sesuatu yang berharga kepada Dass
Ehrenharft. Ia berikrar dalam hatinya untuk tidak mengatakan apa pun saat
interogasi. Kalaupun ia mati dalam interogasi pun tak apa. Toh ia telah
membereskan semua yang tahu rahasianya.
Senyum
Jack pun makin mengembang, saat ia melihat darah segar mengucur dari pelipis
Nadhif.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar